BAB 5
SELEKSI TENAGA KERJA DAN
PENEMPATAN
A.
Seleksi
Tenaga Kerja
Seleksi (selection) adalah
proses memilih calon karyawan yang memiliki kualifikasi sesuai dengan
persyaratan pekerjaan. Kegiatan seleksi dilakukan untuk mengurangi sebagian
jumlah pelamar, sehingga diperoleh calon karyawan yang terbaik. Tanpa
karyawan-karyawan berkualitas, sulit bagi perusahaan untuk mencapai
keberhasilan.
Begitu pentingnya kegiatan
seleksi dilakukan perusahaan untuk memilih karyawan terbaik, sejumlah dana
dikeluarkan untuk kegiatan itu. Kebanyakan perusahaan menangani sendiri tugas
ini dengan menyiapkan tenaga yang memiliki keahlian khusus bidang seleksi.
Namun, sebagian harus mendatangkan tenaga dari luar perusahaan untuk
melaksanakan tugas seleksi dengan mengeluarkan biaya per calon karyawan yang
cukup mahal.
Berbeda cara perusahaan
melaksanakan seleksi, ada yang terencana dan tidak terencana. Perusahaan kecil
sering melakukan seleksi secara tidak terencana, kegiatan dilaksanakan ketika
tenaga kerja dibutuhkan. Biasanya tugas ini secara langsung ditangani oleh
manajernya sendiri. Tetapi, perusahaan besar kegiatan seleksi dilaksanakan
secara terencana, dan dikerjakan oleh bagian sumber daya manusia. Tugas ini
ditangani oleh orang yang memiliki keahlian khusus dalam bidang seleksi.
Sering juga dipertanyakan
dalam manajemen sumber daya manusia, apakah kegiatan rekrutmen dengan seleksi
harus dipisahkan dalam fungsi manajemen sumber daya manusia atau dapat digabung
menjadi satu fungsi seorang manajer? Jawabannya adalah tergantung pada besar
kecilnya organisasi dan jumlah karyawan yang akan direkrut dan diseleksi.
Apabila jumlah pegawai yang akan diseleksi cukup besar sampai ribuan orang,
misalnya seperti penerimaan Pegawai Negeri suatu departemen, maka sebaiknya
fungsi rekrutmen dan seleksi sumber daya manusia dipisahkan, akan tetapi kalau
pegawai yang direkrut hanya beberapa orang saja seperti pada perusahaan kecil
maka fungsi rekrutmen dan seleksi tersebut tidak perlu dipisahkan dan dapat
dikerjakan oleh seorang Manajer Sumber Daya Manusia.
B.
Proses
Seleksi Karyawan
Proses seleksi merupakan
serangkaian metode yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan calon karyawan. Setiap tahap dalam
proses seleksi akan diperoleh informasi tentang calon karyawan, kemudian
dicocokkan dengan persyaratan pekerjaan. Calon karyawan yang memenuhi
persyaratan akan mengikuti tahap seleksi berikutnya. Setiap tahap dalam proses
seleksi akan berurang jumlah calon karyawan yang ikut pada tahap selanjutnya.
Sebagian perusahaan menentukan
proses seleksi untuk mendapatkan calon karyawan yang terbaik, sesuai dengan
persyaratan pekerjaan. Berbagai bentuk proses seleksi dilakukan bergantung pada
ukuran perusahaan (corporate size), sifat-sifat pekerjaan (job characteristics),
jumlah pelamar dan kepentingan penarikan. Ukuran perusahaan menentukan proses
seleksi yang dilakukan untuk memperoleh karyawan yang sesuai dengan
kemampuannya. Proses seleksi dpat dilaksanakan dalam waktu yang singkat, sehari
atau dua hari. Tetapi, juga dapat dilaksanakan dalam waktu yang lebih lama,
tiga hari bahkan bahkan membutuhkan waktu seminggu, tergantung kebutuhannya.
Makin lama proses seleksi dilaksanakan, maka semakin selektif perusahaan untuk
mendapatkan karyawan yang baik. Perusahaan-perusahaaan besar umumnya membuthkan
proses seleksi yang lama karena mendapatkan pelamar dalam jumlah besar.
C.
Faktor-faktor
Pertimbangan Seleksi
Proses seleksi sumber daya
manusia tidak mungkin berdiri sendiri tanpa pertimbangan dan faktor yang harus
diperhitungkan, agar seleksi itu dapat menghasilkan penerimaan pegawai yang
paling tepat dan sesuai. Adapaun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
seleksi adalah :
a.
Analisis
pekerjaan yang akan dipercayakan pada pelamar tersebut
b.
Persyaratan-persyaratan
yang harus dipenuhi oleh pekerja agar mampu memangku jabatan dimaksud
c.
Prestasi
kerja yang yang harus dicapai
d.
Perencanaan
sumber daya manusia yang telah ditetapkan organisasi
e.
Hasil
rekrutmen
f.
Dan
yang terakhir perlu ditekankan disini adalah karakter untuk loyalitas dan
produktivitasnya
Disamping faktor-faktor yang
berpengaruh dalam pelaksanaan seleksi sumber daya manusia juga perlu
diperhatikan tantangan-tantangan berikut dalam proses seleksi yaitu:
1.
Penawaran
Tenaga Kerja
Semakin besar
jumlah pelamar yang menawarkan tenaganya dalam rekrutmen pada dasarnya semakin
baik karena akan semakin besar kemungkinannya untuk mendapatkan tenaga terampil
yang memenuhia segala persyaratan keahlian yang sesuai dengan jabatan pekerjaan
yang akan diisinya. Jumlah pelamar tidak begitu banyak atau terbatas,
kemungkinan dipengaruhi dua faktor penyebab yaitu:
a.
Karena
faktor imbalan yang ditemukan terlalu minim, sehingga banyak pelamar yang
enggan mengajukan lamarannya.
b.
Mungkin
persyaratan-persyaratan kualitas dan keahlian yang harus dipenuhi para pelamar
sangat tinggi sedangkan umur maksimum pelamar hanya 25 tahun, maka sangat
terbatas pelamar yang dapat mengajukan lamarannya.
2.
Faktor
Etika
Tidak dapat
disangkal bahwa petugas rekrut dan seleksi pelamar kerja mempunyai peranan
penting untuk menerima atau menolak pelamar kerja. Di lain pihak bahwa
organisasi pemakai tenaga kerja mengharapkan agar para pelamar yang bermutu
tinggilah yang dapat direkrut. Untuk menggabungkan kedua niat dan maksud
tersebut, maka di dalam proses seleksi dituntut adanya standar etika yang
tinggi untuk menghasilkan penerimaan tenaga kerja yang bermutu tinggi untuk
diperkerjakan. Agar dapat memegang teguh norma etika diperlukan disiplin
pribadi yang tinggi, kejujuran dan integritas karakter para petugas, serta
efektivitas yang rasional. Pada saat dan situasi demikian inilah para perugas
seleksi dihadapkan pada berbagai godaan, seperti sogokan, pengatrolan nilai
ujian, kolusi, nepotisme, dan lain-lain. Maka acuan yang paling baik bagi para
petugas rekrut dan seleksi sumber daya manusia adalah norma-norma etika
organisasi yang sesuai dengan nilai-nilai budaya masyarakat.
3.
Faktor
Internal Organisasi
Faktor internal
organisasi seperti anggaran yang tersedia untuk pekerjaan yang akan direkrut
dan diterima haruslah dipertimbangkan oleh organisasi sumber daya manusia dari
suatu organisasi.
Di samping itu juga
harus dipertimbangkan jumlah lowongan kerja yang tersedia dalam organisasi dan
kebijaksanaan pimpinan organisasi tentang prioritas rekrutmen. Pimpinan
organisasi sebaiknya mendahulukan tenaga kerja dari dalam organisasi itu
terlebih dahulu, baru kemudian diusahakan dari luar.
4.
Faktor
Kesamaan Kesempatan Kerja
Terutama bagi
instansi pemerintahan yang mempekerjakan pelamar sebagai pegawai negeri, harus
memberikan kesempatan yang sama bagi warga negaranya tanpa diskriminasi suku,
agama, dan kedaerahan dalam arti tanpa pilih bulu. Maka dari itu pengumuman
tentang lowongan kerja jabatan hendaknya diumumkan di dalam harian nasional
agar khalayak ramai dapat mengetahuinya dan memberi kesempatan yang sama pada
seluruh lapisan masyarakat.
Hal ini perlu
diketengahkan karena pada berbagai negara dan masyarakat masih saja terdapat
faktor diskriminatif dalam menerima pegawai atau pekerja, baik di instansi
pemerintah apalagi di perusahaan swasta. Hal ini sangat terasa dalam praktek,
oleh karena itu praktek diskriminasi tersebut dilarang oleh
undang-undang. (Drs. A. Sihotang, M.B.A. 2007 hal 114)
D.
Langkah-langkah
Seleksi Karyawan
Merupakan tahap-tahap yang harus
dilalui seseorang dalam proses penarikan karyawan suatu perusahaan. Setiap
perusahaan berbeda dalam menentukan langkah-langkah yang digunakan dalam
kegiatan seleksi. Walaupun tidak ada standar dalam menentukan langkah-langkah
seleksi, tetapi secara umum dapat ditentukan sebagai berikut :
1.
Menerima
lamaran kerja
2.
Wawancara
pendahuluan
3.
Tes
psikologi
4.
Pemeriksaan
referensi
5.
Wawancara
seleksi
6.
Persetujuan
atasan langung
7.
Pemeriksaan
kesehatan
8.
Training
atau orientasi
Ø Formulir lamaran kerja
Tahap pertama dalam seleksi
karyawan adalah menerima surat lamaran dari pelamar.lamaran dikumpulkan,
kemudian dilihat kelengkapan data berdasarkan sejumlah lamaran yang
diterima. Bagian sumber daya manusia menerima lamaran pekerjaan melalui
berbagai cara. Biasanya lamaran diterima melalui surat/faks atau diantar
langsung oleh pelamar. Tetapi, dengan perkembangan teknologi akhir-akhir ini
pelamar sering juga mengirimkan lamarannya melalui internet secara online atau
cara lain dengan menggunakan elektronik.
Ø Wawancara pendahuluan
Lamaran yng memenuhu syarat,
pelamar akan dipanggil untuk mengikuti wawancara pendhuluan. Wawancara pada
tahap ini biasanya dilakukan dalam waktu sangat singkat , sasarannya di sini
untuk mengetahui kesungguhan pelamar bekerja pada perusahaan yang dilamar.
Pertanyaan yang di ajukan sangat sederhana, namun demikian sebagaian pelamar
akan tersisih, pada tahap ini akan dinilai penampilan, dan cara
berkomunikasi.beberapa hal yang biasa ditanyakan pda tahap ini mengenai
motivasi pelamar, gaji, dan pekerjaan yang diinginkan, serta pengalaman dan
prestasi kerja yang pernah diraih pada organisasi lain. Hasil wawancara
pendahuluan akan menentukan untuk mengikuti proses seleksi berikutnya.
Ø Tes psikologi
Sebagaian besar perusahaan , baik
perusahaan besar maupun kecil, melaksanakan tes psikologi dalam proses seleksi.
Namun demikian ada, sebagian perusahaan kecil yang tidk melaksanakan tes
psikologi sebagai dasar memilih calon karyawan terbaik, tetapi lebih
mempercayakan pada seleksi wawancara saja. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa kinerja karyawan yang baik ditentukan oleh tes psikologi. Ada
kolerasi yang signifikan antara tes psikologi dengan variable-variabel
terpengaruh lainnya seperti kinerja karyawan, tingkat turnover dan
absen karyawan.
Ø Pemeriksaan referensi
Langkah selanjutnya yaitu perlu
dilaksanakan pemeriksaan referensi atau surat keterangan. Pemeriksaan referensi
bertujuan untuk memperoleh keterngn pelamar di masa lampau. Berdasarkan
keterangan itu dapat memberikan informasi tentang pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang dimiliki calon karyawan.
Ø Wawancara seleksi
Wawancara merupakan seleksi yang
penting dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kepribadian dan kemampuan
pra pelamar. Pewawancara (interviewer) dapat mengetahuai kondisi fisik dan
kemampuan pelamar karena berhadapan secara langsung dengan pelamar.
Persetujuan
atasan langsung
Ø Langkah selanjutnya yaitu
persetujuan atasan secara langsung atau supervisor.
Para supervisor ingin bertemu
secara langsung dengan calon bawahannya, karena merekalah nanti yang selalu
berhubungan dalam melaksanakan pekerjaan di perusahaan. Tindakan ini dilakukan
agar terdapat keselarasan hubungan antara para pekerja dengan supervisor. Dalam
organisasi, hubungan antara atasan dengan pekerja dapat dilihat dalam struktur
organisasi.
Ø Tes atau pemeriksaan kesehatan
Perusahaan umumnya membutuhkan
calon karyawan yang sehat jasmani dan rohani untuk dipekerjakan pada bidang
pekerjaan tertentu. Dengan alasan ini , perusahaan kan melakukan pemeriksaan
kesehatan jasmai dan rohani calon karyawan. Pemeriksaan kesehatan biasa
dilakukan pada rumah sakit atau tempat klinik kesehatan yang dipercaya
perusahaan. Tes kesehatan dilakukan untuk memastikan kemampuan jasmani pelamar
dengan persyaratan pekerjaan.
Ø Training atau
orientasi
Setelah serangkaian kegiatan
seleksi dilalui, maka sampailah saatnya calon karyawan mengikuti langkah
Training atau orientasi. Karyawan akan diperkenalkan dengan pekerjaannya dan
lingkungan perusahaan. Mungkin saja calon karyawan diberikan sebagai masalah
perusahaan untuk dipecahkan.
E.
Penempatan
Karyawan
Penempatan (placement) berkaitan
dengan penyesuaian kemampuan dan bakat seseorang dengan pekerjaan yang akan
dikerjakannya. Suatu tugas manajer yang penting untuk menempatkan orang sesuai
dengan pekerjaan yang tepat. Seseorang diberikan pekerjaan sesuai dengan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan
persyaratan pekerjaan. Kesalahan dalam menempatkan karyawan pada pekerjaan yang
sesuai akan mendapatkan hasil yang kurang baik. Ketidaktelitian dalam hal ii
bisa berakibat pada kurangnya semangat kerja yang berdampak pada rendahnya
prestasi kerja, dan tingginya tingkat turnover dan absensi karyawan.
Keberhasilan dalam penempatan
karyawan akan melibatkan suatu kegiatan penting adalah seleksi. Berbagai macam
atau tahap seleksi yang dapat dilalui untuk dapat mengetahui kesesuaian
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan calon karyawan dengan persyaratan
pekerjaan. Melalui tes psikologi dan wawancara serta alat tes lainnya dapat
digunakan sebagai dasar dalam penempatan karyawan. Oleh karena itu, kedua
konsep tersebut tidak dapat dipisahkan, karena kesalahan dalam seleksi akan
dapat menempatkan karyawan pada posisi yang kurang tepat.
Banyak orang yang berpendapat
bahwa penempatan merupakan akhir dari proses seleksi. Menurut pandangan ini,
jika seluruh proses seleksi telah ditempuh dan lamaran seseorang ditrima,
akhirnya seseorang memperoleh status sebagai pegawai dan ditempatkan pada
posisi tertentu untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan tertentu pula. Pandangan
demikian memang tidak salah sepanjang menyangkut pegawai baru. Hanya saja teori
manajemen sumber daya manusia yang mutakhir menekankan bahwa penempatan tidak
hanya berlaku bagi para pegawai baru akan tetapi berlaku pula bagi para pegawai
lama yang mengalami alih tugas dan mutasi. Berarti konsep penempatan mencakup
promosi, transfer, dan bahkan demosi sekalipun. Dikatakan semikian karena
sebagaimana halnya dengan para pegawai baru, pegawai lamapun perlu di rekrut
secara internal, perlu dipilih dan biasanya juga menjalani program pengenalan
sebelum mereka ditempatkan pada posisi baru dan melakukan pekerjaan baru pula.
·
Promosi
Telah umum diketahui bahwa yang
dimaksud dengan promosi ialah apabila seorang pegawai dipindahkan dari satu
pekerjaan kepekerjaan lain yang tanggung jawabnya lebih besar, tingkatannya
dalam hierarki jabatan lebih tinggi dan penghasilannya pun lebih besar.
Organisasi pada umunya
menggunakan dua kriteria utama dalam mempertimbangkan seseorang untuk
dipromosikan, yaitu prestasi kerja dan senioritas. Promosi yang didasarkan pada
prestasi kerja menggunakan hasil penilaian atas hasil karya yang sangat baik
dalam promosi atau jabatan sekarang.
Praktek promosi lainnya ialah
yang didasarkan pada senioritas. Promosi berdasarkan senioritas berarti bahwa
pegawai yang paling berhak dipromosikan ialah yang masa kerjanya paling lama.
Banyak organisasi yang menempuh cara ini dengan tiga pertimbangan, yaitu:
a.
Sebagai
penghargaan atas jasa-jasa seseorang paling sedikit dilihat dari segi loyalitas
kepada organisasi,
b.
Penilaian
biasanya bersifat obyektif karena cukup dengan membandingkanmasa kerja
orang-orang tertentu yang di pertimbangkan untuk dipromosikan,
c.
Mendorong
organisasi mengembangkan para pegawainya karena pegawai yang paling lama
berkarya akhirnya akan mendapat promosi.
·
Alih
Tugas
Dalam rangka penempatan, alih
tugas dapat mengambil salah satu dari dua bentuk. Bentuk pertama adalah
penempatan seseorang pada tugas baru dengan tanggung jawab, hierarki jabatan
dan penghasilan yang relatif sama dengan statusnya yang lama. Dalam hal
demikianseorang pegawai ditempatkan pada satuan kerja baru yang lain dari
satuan kerja dimana seseorang selama ini berkarya. Bentuk lain alih tempat.
Jika cara ini yang ditempuh, berarti seorang pekerja melakukan pekerjaan yang
sama atau sejenis, penghasilan tidak berubah dan tanggung jawabnya pun relatif
sama.
Melalui alih tugas para pegawai
sesungguhnya memperoleh manfaat yang tidak kecil antara lain dalam bentuk:
a.
Pengalaman
baru
b.
Cakrawala
pandangan yang lebih luas
c.
Tidak
terjadinya kebosanan atau kejenuhan
d.
Perolehan
pengetahuan dan keterampilan baru
e.
Perolehan
perspektif baru mengenai kehidupan organisasional
f.
Persiapan
untuk menghadapi tugas baru, misalnya karena promosi
g.
Motivasi
dan kepuasan kerja yang lebih tinggi berkat tantangan dan situasi baru yang
dihadapi.
Singkatnya, alih tugas dapat
merupakan kesempatan yang sangat berharga untuk berkembang dalam rangka
aktualisasi diri.
·
Demosi
Demosi berarti bahwa seseorang,
karena berbagai pertimbangan, mengalami penurunan pangkat atau jabatan dan
penghasilan serta taggung jawab yang semakin kecil.
Pada
umunya demosi dikaitkan dengan pengenaan suatu sanksi disiplin karena berbagai
alasan, seperti:
a.
Penilaian
negatif oleh atasan karena prestasi kerja yang tidak/kurang memuaskan,
b.
Perilaku
pegawai disfungsional, seperti tingkat kemangkiran yang tinggi.
Daftar
pustaka :
-
Hani,
Handoko. 2014. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE.
Yogyakarta
-
Sulistiyani,
Ambar Teguh. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia:Konsep, Teori dan Pengembangan
dalam Konteks Organisasi Publik. Yogyakarta: Graha Ilmi.